Sabtu, 17 Agustus 2013

Ikan Kecil

'Maaf, kawan,' kata seekor ikan laut kepada seekor ikan lain. 'Anda lebih tua dan lebih berpengalaman daripada saya. Di manakah saya dapat menemukan laut? Saya sudah mencarinya di mana-mana, tetapi sia-sia saja!'

'Laut,' kata ikan yang lebih tua, 'adalah tempat engkau berenang sekarang ini.'

'Ha? Ini hanya air saja! Yang kucari adalah laut,' sangkal ikan yang muda. Dengan perasaan sangat kecewa ia pergi mencarinya di tempat lain.

Ia datang menghadap sang Guru dengan mengenakan jubah sanyasi.[01] Ia pun berbicara dalam bahasa sanyasi: 'Sudah bertahun-tahun lamanya aku mencari Tuhan. Telah kutinggalkan rumahku dan telah kucari Dia di mana pun Dia berada. Kata orang, Dia ada di puncak-puncak gunung, di tengah-tengah padang gurun, dalam keheningan biara-biara dan di dalam gubuk-gubuk kaum miskin.'

'Apakah engkau telah menemukanNya?' tanya sang Guru.

'Aku menipu diri, aku pendusta, kalau aku menjawab 'Ya'. Belum, aku belum menemukanNya. Bapak sudah?'

Apa yang dikatakan sang Guru kepadanya?

Minggu, 04 Agustus 2013

KIOS KEBENARAN

Ketika aku melihat papan nama pada kios itu, hampir-hampir aku tidak percaya pada apa yang kubaca: KIOS KEBENARAN. Mereka menjual kebenaran di sana!

Gadis penjaga kios bertanya dengan amat sopan: kebenaran macam apa yang ingin kubeli, sebagian kebenaran atau seluruh kebenaran? Tentu saja seluruh kebenaran! Aku tidak perlu menipu diri, mengadakan pembelaan diri atau rasionalisasi lagi. Aku menginginkan kebenaranku: terang, terbuka, penuh dan utuh. Ia memberi isyarat, agar aku menuju bagian lain dalam kios itu, yang menjual kebenaran yang utuh.

Sabtu, 03 Agustus 2013

AGAMA DAN JARI

"Kepercayaan agama," kata Sang Guru, "bukanlah pernyataan akan Realitas, tetapi sebuah petunjuk,
yang mengarahkan pada sesuatu yang tetap merupakan suatu misteri. Misteri itu melampaui  pemahaman akal budi manusia. Pendeknya, kepercayaan agama hanyalah sebuah jari yang menunjuk pada bulan.

Kamis, 01 Agustus 2013

Supaya mahal, lukisan perlu digoreng

Masalah Lukisan sebenarnya saya sendiri kurang berkompeten untuk memberikan komentar, jadi
dalam perbicanganan itu, saya hanya berkomentar seperlunya saja.
 
Nah, mungkin anda penasaran mengapa lukisan harus digoreng supaya harganya menjadi mahal…???
Sebut saja Mr. Eric, seorang pemilik sebuah merk  pakaian ternama di negeri ini, yang juga adalah seorang kolektor lukisan yang sudah mempunyai nama besar, bahkan sampai ke manca negara.
Mr. Eric ini pernah menceritakan proses sampai seorang lukisan seorang pelukis bisa dihargai begitu mahal. Mr. Eric menyebut prosesnya dengan “Menggoreng Lukisan”.

BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN CAWAT

Bagaimana organisasi rohani berkembang:

Guru amat terkesan oleh kemajuan rohani seorang dari  muridnya, hingga, karena dianggap tidak membutuhkan bimbingan lagi, ia meninggalkannya sendirian di pinggir sungai.